Sejak sebelum aksi 411 dan aksi 212, tidak sedikit saudara yang merendahkan dan menghina Habib Riziq Syihab (HRS) dan umat Islam yang terlibat dalam aksi. Padahal apa yang dibela oleh HRS dan umat Islam, semata-mata kebenaran, baik dalam kacamata agama, maupun dalam kacamata undang-undang negara. Tetapi hinaan dan celaan tersebut sama sekali tidak menyurutkan langkah umat Islam untuk membela agama dan negaranya. Justru umat Islam semakin banyak yang secara sukarela mengikuti aksi 212, ditaksir sekitar 7 juta lebih umat Islam.
Membela dan menolong orang yang dizalimi itu hukumnya wajib. Dan meninggalkan orang yang dizalimi tanpa memberinya pertolongan hukumnya haram dalam pandangan agama.
Sahabat Jabir bin Abdullah dan Abu Thalhah bin Sahal al-Anshari radhiyallaahu 'anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ امْرِئٍ يَخْذُلُ امْرَأً مُسْلِمًا عِنْدَ مَوْطِنٍ تُنْتَهَكُ فِيهِ حُرْمَتُهُ وَيُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ إِلاَّ خَذَلَهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي مَوْطِنٍ يُحِبُّ فِيهِ نُصْرَتَهُ، وَمَا مِنْ امْرِئٍ يَنْصُرُ امْرَأً مُسْلِمًا فِي مَوْطِنٍ يُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ وَيُنْتَهَكُ فِيهِ مِنْ حُرْمَتِهِ إِلاَّ نَصَرَهُ اللهُ فِي مَوْطِنٍ يُحِبُّ فِيهِ نُصْرَتَهُ "
Tidak ada seseorang yang meninggalkan seorang Muslim dalam satu tempat dimana kehormatannya dicemarkan dan harga dirinya diremehkan, kecuali Allah ‘azza wa jalla akan meninggalkan orang tersebut dalam satu tempat yang menginginkan pertolongan-Nya. Dan tidak ada seseorang yang menolong seorang Muslim dalam satu tempat dimana harga dirinya diremehkan dan kehormatannya dicemarkan, kecuali Allah akan menolongnya dalam satu tempat ia menginginkan pertolongan-Nya.
Hadits shahih riwayat Abu Dawud [4884], Ahmad [16368], Ibnu Abi al-Dunya dalam al-Shamt wa Adab al-Lisan [241], Abu Nu’aim dalam Hilyah al-Auliya’ juz 8 hlm 189, al-Baihaqi dalam al-Sunan al-Kubra [15344] dan Syu’ab al-Iman [7117], al-Baghawi dalam Syarh al-Sunnah [3438], al-Bukhari dalam al-Tarikh al-Kabir [322], al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir [4735], al-Ausath [8637] dan Makarim al-Akhlaq [137].
Hadits tersebut dishahihkan oleh al-Imam Abu Nu’aim dan al-Suyuthi, serta dinilai hasan oleh al-Haitsami.
Pesan dari hadits di atas:
1) Meninggalkan saudara seagama ketika harga dirinya direndahkan dan kehormatannya di dicemarkan oleh seseorang tanpa memberikan pembelaan, hukumnya adalah haram dan berdosa. Perbuatan tersebut akan menjadi penyebab yang bersangkutan akan diabaikan oleh Allah ketika menginginkan pertolongan-Nya.
2) Membela saudara seagama ketika harga dirinya direndahkan dan kehormatannya dicemarkan oleh seseorang, hukumnya adalah wajib dan mendapatkan pahala. Perbuatan tersebut akan menjadi penyebab mendapat pertolongan Allah ketika sedang memerlukan pertolongan-Nya. Lihat, Ibnu Hajar al-Haitami, al-Fath al-Mubin fi Syarh al-Arba’in, hlm 559.
Berdasarkan hadits tersebut, saudara-saudaraku yang aktif di media sosial, perlu berhati-hati memilih pertemanan. Untuk teman yang biasanya melecehkan dan merendahkan seorang Muslim, sebaiknya jangan dijadikan teman. Karena apabila kita tidak memberikan pembelaan terhadap saudara kita yang dirugikan harga diri dan kehormatannya, maka hukumnya haram dan berdosa.
Menolong dan membela saudara seagama yang direndahkan harga dirinya dan dilecehkan kehormatannya hukumnya wajib.
Sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أُمِرَ بِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ أَنْ يُضْرَبَ فِي قَبْرِهِ مِائَةَ جَلْدَةٍ، فَلَمْ يَزَلْ يَسْأَلُ وَيَدْعُو، حَتَّى صَارَتْ جَلْدَةً وَاحِدَةً، فَجُلِدَ جَلْدَةً وَاحِدَةً فَامْتَلأَ قَبْرُهُ عَلَيْهِ نَارًا ، فَلَمَّا ارْتَفَعَ عَنْهُ أَفَاقَ قَالَ: عَلاَمَ جَلَدْتُمُونِي؟ ، قَالُوا: إِنَّكَ صَلَّيْتَ صَلاَةً بِغَيْرِ طُهُورٍ وَمَرَرْتَ عَلَى مَظْلُومٍ فَلَمْ تَنْصُرْهُ
Seorang hamba Allah diperintahkan untuk dicambuk di dalam kuburnya seratus kali. Lalu hamba tersebut terus memohon dan berseru, (meminta cambukannya dikurangi) sehingga akhirnya menjadi satu kali cambukan. Lalu ia dicambuk satu kali, dan mengakibatkan kuburannya penuh dengan api. Setelah api tersebut hilang,maka ia sadar, lalu berkata: “Mengapa kalian mencambukku?” Para malaikat menjawab: “Sesungguhnya kamu telah mengerjakan shalat dengan tanpa menyucikan diri terlebih dahulu, dan kamu pernah berjumpa dengan seseorang yang dianiaya, lalu kamu tidak menolongnya.
Hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Thahawi dalam Musykil al-Atsar [3185] dan Abu al-Syaikh dalam al-Taubikh. Lihat, al-Suyuthi, Syarh al-Shudur bi-Syarh Hal al-Mauta wa al-Qubur hlm 327. Hadits tersebut juga diriwayatkan melalui jalur Amr bin Syurahbil oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf [36051] dan al-Zuhd [362], Hannad dan Ibnu Abi al-Dunya. Hadits tersebut bernilai shahih.
Pesan dari hadits di atas:
Menolong dan membela orang yang dizalimi itu hukumnya wajib. Apabila tidak dilakukan, maka dapat mengakibatkan mendapatkan azab kubur setelah meninggal. Wallaahu a’lam.
Sumber: Muhammad Idrus Ramli